Karma itu ada. Mungkin?

KARMA. Ada gak ada sebenernya pasti jadi perdebatan. Apalagi kalo ngobrol sama orang yang taat beragama, pasti bilangnya karma kaga ada. Buat beberapa orang, karma itu gak ada tapi mereka percaya semua udah ada jalannya. Jadi kalo orang dapet sial, ya itu jalannya aja. Mau dulunya mereka baik atau buruk, ya jalannya ya begitu aja. Entah dikasih Tuhan, entah dikasih alam semesta, ya jalannya aja…

Soal percaya gak percaya sama karma, saya sebenarnya penganut yang agak percaya dari kecil. Gak tau ya bener apa gak, tapi bisa dibilang kadang kepercayaan ini menyulitkan karena bikin saya selalu nyalahin diri sendiri akan segala sesuatu hal buruk yang terjadi yang menimpa saya ataupun orang-orang yang saya sayang. Jadi kan drama, lho.. lebay gitu, ah. Ganggu kan kalo drama gitu.

Dan yang agak jeleknya, kalo ada hal bagus yang terjadi (baik di hidup saya atau orang-orang yang saya kasihi), saya jadi sok-sok membanggakan diri sendiri. ‘Karena gue tuh..’ mikirnya jadi begitu. ‘Kan sombong juga, ya. Katanya, sih orang yang bergolongan darah O itu memang punya kecenderungan untuk merasa begitu. Jadi kalau ada orang deketnya sukses atau dapet rejeki, dia mikirnya itu karena dia dan dia pengen diaku begitu juga. Yah.. saya akui saya golongan darah O.

Tapi post ini sebenarnya gak mau ngomongin soal perdebatan apakah karma itu ada apa gak. Ini Cuma mau cerita aja, ya..

Jadi beberapa hari lalu saya bicara sama kakak perempuan saya. Sebulan terakhir sulit ngobrol akrab sama dia karena dia lagi sibuk, tapi pas ngobrol kita banyaknya ya gosip diskusi. Dalam perbincangan antar perempuan kan selalu terjadi percepatan dalam perpindahan topik ya. Sekarang aja saya coba inget-inget sampe lupa apa yang menyebabkan saya mengeluarkan statement bahwa saya percaya sama adanya karma kepada dia. Pernyataan yang ujug-ujug keluar dari bibir itu sendiri bikin saya agak kaget. Kadang mulut memang lebih cepat dari otak, seperti kadang anus lebih cepat daripada kaki kalau kecipirit dan seperti otak Saiful Jamil kadang lebih cepat berpikir daripada Jusuf Kalla pas ditanya lirik lagu.

Banyak ya alasan seseorang untuk mengambil sebuah keputusan. Seperti seorang bijak yang saya lupa namanya pernah berkata, “Selalu ada dua sisi dari setiap cerita.” Indah sekali bukan?

Minggu ini kejadian aneh menimpa saya dan Mister. Ehem.. untuk penjelasan, Mister ini pacar manusia pilihan saya, ya. Kita sempet pergi makan di rumah makan yang menjual masakan rumah Korea di jalan Sukajadi, Bandung. Itu tempat favorit kita untuk makan masakan Korea (Gun Mandu, Nyangnyom Dak, dan Kimchi Cige di sana terbaik pokoknya!). Sudah makan kenyang, kita jajan di swalayan kecil di dalam rumah makannya yang jual jajanan Korea, terus ke kasir sekalian bayar makananya. Total kurang lebih Rp 218.000,-. Mister mengeluarkan kartu ajaib yang kalau dimasukan ke mesin membuat segala tagihan pembayaran lunas, ditutupi dengan tanda tangan penyerahan kembalinya kartu ke tangan Mister. Luar biasa! Tapi ternyata malam itu keluarbiasaan tidak terjadi, mesinnya menolak kartu tersebut, mungkin sudah lelah.

Akhirnya haruslah dibayar dengan cash. Mister dengan berat hati menghadap saya dan menyatakan uang tunai dia hanya tertinggal Rp 150.000,-. Oh, kasihan sekali Mister jadi saya pun menggoroh-goroh isi tas Doraemon saya mencari dompet. Mencari dompet saya memakan waktu cukup lama karena tas saya memang kadang seperti black hole, barang-barang semua masuk tapi tidak bisa ditemukan kembali. Ketika saya kodok-kodok itu isi tas, tangan Mister yang menggenggam uang Rp 150.000,- itu disambut hangat oleh Mbak Kasir A yang dilihat penuh sorak oleh Mbak Penjaga Kasir B. Uang tersebut diambilah oleh si Mbak Kasir dan gilanya tanpa dia lihat langsung dia masukin duit ke tempat duitnya sambil ketik di layar pembayaran total Rp 250.000,-. WOW. Di saat yang sama saya sudah menemukan dompet dan mengambil dua lembaran Rp 50.000,- sambil liat-liatan dengan Mister. Bukan. Bukan karena jatuh cinta lagi atau dihipnotis. Tapi kita sempet mikir selama sepersekian detik apa ini duit seratus rebu lagi mau dikasih aja apa gak.

Tapi Mister memanglah manusia jujur. Dia menolak pikiran jahat dari saya dan mengambil uang yang saya pegang dan memberikannya pada si Mbak Kasir A sambil masih dipelongin Mbak Penjaga Kasir B.

Mbak Kasir A: Oh?? Tadi kan uangnya udah, Mas.

Mister: Gak, Mbak tadi yang saya kasi baru seratus-mapuluh.

Mbak Penjaga Kasir B: *liatin duit*

Mbak Kasir A: Oh gitu? Aduh hihi.. Tadi saya pikir udah dua ratus-mapuluh. Ini kembaliannya, Mas. *kasi kembalian* *ambil seratus ribu sisa*

Mbak Penjaga Kasir B: *melototin Mbak Kasir A* (Sebenernya saya gak ngerti kenapa Mbak Penjaga Kasir B ini harus diceritain karena gak guna)

Seudahnya kita pulang dengan rasa tenang karena melakukan hal benar. Tapi sebagian sisi diri saya menyayangkan kejujuran yang diambil. Lumayan lho Rp 100.000,-.

Besokannya kejadian hampir sama terjadi lagi sama saya dan Mister. Kita mau nonton di bioskop favorit kita yang ada di Paris Van Java Bandung. Merayakan nonton di bioskop untuk pertama kali di tahun 2015, saya dan Mister memutuskan untuk memesan paket Popcorn Jumbo yaitu satu Popcorn Jumbo dengan satu snack pilihan (Nachos atau French Fries) dengan dua minuman (boleh minuman soda atau minuman dari Nestle). Udah cocok ‘kan saya jadi pegawai di sana? Hapal bener.

Snack pilihan kita jatuh kepada kentang goreng yang diambil di tempat terpisah dari counter pembelian tiket dan snack. Nunggu lima menitan, keluarlah mas-mas bak Malaikat Kentang dari pintu membawa dua kentang goreng. Satu di tangan kanan dan satu di tangan kiri (ya iyalah). DUA. Pas dia bawa dua saya liat kiri-kanan kali kali ada yang lagi ngantri juga. Gak ada, dong. Kemudian dia kasih satu ke Mister dan satu ke saya sambil tersenyum penuh damai. Saya langsung pikir,’Wah, ini memang malaikat kentang!!’

Mister: Lho? Mas kita dapet kentangnya satu apa dua, ya?

Mas Malaikat Kentang: Eh? *bingung* *keringat dingin* *muntah-muntah* *mati*

HAHAHAHHAA gak, deng bohong.

Mas Malaikat Kentang: Eh? Sebentar ya, Mas saya cek dulu bonnya di dalam. *senyum*

Me: (dalam hati) Whai o whaii potato angel where are youuu?

Mas tersebut kembali masih dengan senyuman yang sama seperti mantan yang masih suka sambil berkata bahwa pesenan kita memang cuma dapet satu porsi kentang goreng. Dengan berat hati saya melepas kentang goreng yang ada di tangan saya kembali ke tangan Mas Malaikat Kentang bohongan itu.

Detik-detik setelah dua kejadian tersebut saya agak menyesal. Tapi setelah pulang di malam harinya saya justru lega. Karena saya gak merasa saya berbuat curang ataupun berbohong. Tidur saya jadi nyenyak. Dan saya jadi lebih bisa berpikir positif bahwa hal-hal buruk yang terjadi sesudahnya bukan dikarenakan saya melakukan hal yang salah.

Dua tahun lalu saya pernah membeli suatu barang di supermarket besar yang baru ada satu di Bandung. Di antara beberapa barang yang saya beli, saya membeli produk perawatan kulit sebanyak dua botol dengan jenis yang berbeda. Tapi karena kemiripan botol, Mbak Kasirnya hanya men-scan satu botol yang harganya lebih murah kemudian di komputer dia ganti jumlahnya dengan dua. Jadi harga dua botol produk kecantikan yang saya beli hanya setotal kurang lebih Rp 60.000,- padahal seharusnya bisa mencapat Rp 100.000,-. Saat itu karena saya sendirian dan tidak sadar juga, saya membayar jumlah total belanjaan kemudian berjalan ke parkiran motor.

Di jalan sambil saya mencek bon daftar belanjaan tadi, saya baru sadar ada kesalahan dari Mbak Kasir yang merugikan dia dan menguntungkan saya. Kebanyakan mikir membuat saya mengambil keputusan untuk lanjut pulang saja dan tidak menoleh ke belakang. Banyak alasan untuk tidak kembali dan memberitahu kesalahan Mbak kasir dan kalian yang baca pasti ngerti sebenernya.

Tapi saya harus jujur kejadian tersebut masih bisa saya inget sampe hari ini. Sampe saya bisa cerita harganya dan kejadiannya persis di sini. Dan kejadian itu juga yang buat saya menyalahkan diri saya kalau setahun kemarin sama sekali saya gak dapet klien untuk makeup. Saya gak punya uang, sedih, sampe depresi karena merasa gagal. Mungkin memang jalannya untuk saya diproses tahun lalu sampai gak ada pemasukan sama sekali. Tapi sisi hati saya yang baik merasa ini selalu ada hubungannya dengan kejadian di supermarket dua tahun lalu itu.

Jangan-jangan karma saya sudah lewat masa berlakunya dan kemarin-kemarin dapet tawaran lagi dari semesta buat masuk lagi jadi member karma berikutnya biar langganan terus. Pikiran kaya gini bikin saya bersyukur pas kejadian bareng sama Mister. Dia yang lepasin saya dari karma dan bahkan kalaupun tidak benar, dia ngajarin saya buat jadi orang jujur walaupun gak ada orang yang lihat.

Soalnya kaya yang saya udah bilang tadi: saya gak menyesal dalam jangka panjang, saya lega, saya merasa jadi orang baik yang melakukan hal benar, saya gak merasa bersalah, dan yang lebih penting saya lebih bisa berpikir positif.

Karma. Ada gak ada, harusnya gak jadi masalah. Jadi orang jujur itu yang lebih penting kan.

2 Comments

  1. Hana says:

    Yes karma does exist 😀 Glad that you are back NABS! 😉

    Like

    1. Nicole Andrea says:

      Hana… LOL. Setelah berbagai pertimbangan akhirnya g blogging lagi dan lu selalu muncul ya jadi pembaca padahal g blm cerita ke lu. I am so happy! Love love.

      Like

Leave a Comment