30 Hari Bercerita – 22 Januari 2022

Beberapa malam lalu, aku memimpikan temanku. Sebut saja dia Budi.

Budi memiliki pasangan sehidup semati, sebut saja Ani. Kenapa semati? Ani sudah tiada. Tahunan lalu pergi meninggalkan nama akibat sakit yang dideritanya. Sejak hari kematian Ani, Budi yang seorang seniman mulai membuat layangan sendiri.

Setiap sore pukul 4, Budi mulai menerbangkan layangannya. “Ada pesan untuk Ani di setiap layangan ini,” ucap Budi. Aku pikir itu hal yang bodoh. Tapi cinta dan rindu adalah pasangan yang membuat gila. Gabungan keduanya bisa membuat seorang tidak waras. Aku menemani Budi di banyak hari-hari ketika ia menerbangkan layangannya.

Pernah suatu kali terjadi hal yang tidak disangka. Layangannya tersangkut di awan, Budi lari ke hutan mencari layangannya. Tapi tidak tampak jejak layangan itu. “Pesanku sampai ke Ani!” ucapnya kegirangan.

“Orang ini gila,” pikirku.

Sejak itu, Budi terus hidup dari karya demi Ani. Ternyata pesan yang tertulis di layangan yang hilang adalah sebuah pernyataan bahwa Budi mau menjadi seniman seutuhnya, membuat karya dalam wujud cintanya demi Ani. Mungkin Ani mendengernya di langit dan mendukung niatan Budi. Atau ada malaikat di langit yang lelah dengan layangan berpesan setiap hari hingga memutuskannya.

Apapun itu, kejadian sore itu membuat Budi lebih bersemangat dalam hidup.

Nanti malam, semoga aku tidur tanpa harus teringat dan memimpikan tentang Budi lagi. Untuk apa memimpikan dia terus? Lebih baik aku terbangun suara tetangga pasang keramik.